Saat mengikuti sesi wawancara kerja, rekruter akan mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya pertanyaan tentang, “Deskripsikan diri Anda.” Pertanyaan ini terlihat sederhana. Bahkan rekruter seakan hanya ingin tahu tentang diri kamu. Namun sebenarnya, ini pertanyaan penting. Sebab, jawaban dari pertanyaan ini akan memberikan gambaran kepada rekruter bagaimana kamu mengenal dirimu, sekaligus “menjual kemampuanmu” untuk membuatnya tertarik merekrutmu. Biar nggak salah jawab, cari tahu di sini cara menjawabnya, yuk.
Cara Menjawab Deskripsikan Diri Anda
Mulai Dengan Apa yang Sedang Kamu Kerjakan Saat Ini
Karena semua jawabanmu harus menciptakan impresi yang mendalam agar rekruter tertarik untuk mengenal kamu secara mendalam, maka kamu harus memilih dengan bijaksana setiap jawaban yang kamu berikan. Jika kamu seorang fresh graduate yang sedang mencari pekerjaan, maka ceritakan saja kegiatanmu sehari-hari sambil menunggu panggilan interview.
Misalnya, ikut kursus untuk meningkatkan kemampuan tertentu, membantu orang tua menjalankan bisnis, ikut organisasi nirlaba, dan sebagainya. Sementara kalau kamu baru saja resign dari tempat kerja sebelumnya, fokuskan jawabanmu mengenai tugas dan kewajiban pada posisi terakhir dan prestasi terbaik apa yang pernah kamu capai.
Ceritakan Pengalaman yang Relevan dengan Posisi yang Kamu Lamar
Setelah menceritakan kegiatanmu saat ini, gunakan alur mundur agar kamu bisa menambahkan beberapa pengalamanmu yang lainnya dan relevan dengan posisi yang kamu inginkan. Tujuannya, agar rekruter mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai potensi dan keunggulanmu dibandingkan kandidat lain. Namun ingat, hanya ceritakan pengalaman yang akan memperkuat potensimu untuk mengisi posisi yang dilamar. Dua contoh jawaban untuk menjawab pertanyaan tentang pengalaman, misalnya:
- “Selama masa kuliah, saya aktif mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan UMKM dan UKM. Bahkan beberapa kali saat kampus mengadakan bazaar, saya juga mengambil peran. Itu makanya, saya cukup terampil bernegosiasi dan menjual produk.”
- “Berprofesi di bagian pemasaran selalu menarik minat saya karena membuat saya bisa menantang diri untuk menaklukkan target penjualan.
Selain itu, saya jadi punya kesempatan untuk bertemu banyak orang, memiliki networking yang luas, serta mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai berbagai strategi marketing. Saking cintanya saya dengan dunia pemasaran, target penjualan terakhir yang berhasil saya capai lebih tinggi 70% dibandingkan periode penjualan sebelumnya.”
Tonjolkan Pencapaian Kamu
Agar rekruter menjadi tertarik kepadamu, kamu bisa menonjolkan beberapa pencapaian terbaik berdasarkan pengalaman. Kata “menonjolkan” di sini bukan berarti menyombongkan diri lho ya. Karena keduanya berbeda. Menonjolkan kemampuan bisa dengan cara menyebutkan kegiatan, langkah yang kamu lakukan, dan hasilnya. Beberapa contoh jawaban:
- “Saya pernah terpilih sebagai ketua organisasi bidang bisnis dan marketing. Bersama tim, saya merancang business plan yang kemudian kami ikutkan kompetisi. Business plan tersebut akhirnya membawa tim saya menjadi juara dua.”
- “Saya berharap sekali menjadi content writer di perusahaan ini. Saya yakin, bahwa saya dan perusahaan bisa seiring sejalan menyediakan berbagai konten bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi saya sudah memiliki pengalaman sebagai penulis, memiliki beberapa buku yang best seller di penerbit besar, dan sudah berpengalaman juga mengelola berbagai konten untuk website korporat.”
Gunakan Bahasa Sopan dan Nggak Ambigu
Pemilihan diksi, tata bahasa, dan gaya bicaramu mempengaruhi hasil interview kerja. Kalau gaya bicaramu berbelit-belit, rekruter bisa menyimpulkan kalau kamu kurang mampu berpikir dan berbicara secara sistematis. Sebaliknya, penjelasan yang singkat dengan pilihan kata yang sederhana, jelas lebih memikat perhatikan. Apalagi kalau intonasi dan gaya berceritamu memang enak di dengar. Hal penting yang perlu kamu perhatikan, gunakan pilihan kata yang mudah dimengerti dan nggak ambigu, supaya rekruter juga jadi lebih gampang mengambil inti sari dan hal-hal penting dalam ceritamu.
Jangan Menghafalkan Jawaban Pertanyaan Interview
Logikanya, rekruter bisa membaca semua informasi mengenai diri kamu dari CV, resume, portofolio, bahkan dari surat lamaran kerja. Kenapa sih rekruter masih bertanya pada sesi interview? Jawaban yang paling masuk akal, rekruter masih menggali kemampuan dan keterampilan yang ada di dalam diri kamu, tetapi belum tercantum di CV.
Itu sebabnya, jangan sampai kamu memberi jawaban sesuai isi CV, terlihat jelas kalau kamu menghapalkan isi CV, atau malah menghapal contekan jawaban untuk pertanyaan interview yang kamu temukan di internet. Lebih baik fokuskan jawabanmu pada studi kasus, pengalaman yang pernah kamu lalui, masalah yang pernah kamu selesaikan beserta solusinya, dan sebagainya. Perhatikan juga gaya bicaramu dan buat sesi interview seakan kamu sedang mengobrol seru dengan teman baru.
Jawab dengan Jujur
Meski perlu menjawab singkat dalam wawancara kerja, tetap saja kamu harus berfokus pada hal-hal penting yang memang perlu diketahui rekruter. Jangan lupa, jawabanmu harus jujur dan nggak melebih-lebihkan dari yang seharusnya. Ini serius lho, nggak ada gunanya kamu berbohong.
Coba bayangkan deh, kamu memberikan cerita bohong. Lalu, kamu diterima bekerja karena cerita tersebut memang menarik. Saat sudah mulai bekerja, eh kamunya nggak bisa mengerjakan tugas (seperti yang kamu ceritakan saat sesi interview). Ya, pada akhirnya cerita bohong akan ketahuan ketika kamu harus membuktikan kemampuanmu saat menjalankan tugas.
Tetap Tenang dan Percaya Diri
Tetap tenang dan percaya diri penting kamu miliki ketika sedang tanya jawab dengan rekruter. Ketenangan pikiran membantu kamu fokus hanya pada hal-hal positif, termasuk memberikan jawaban positif untuk pertanyaan yang sebenarnya menjebak. Sementara rasa percaya diri yang baik juga akan tergambar pada intonasi dan pilihan kata yang terdengar yakin dan tegas.
Kosakata yang Perlu Kamu Hindari
Ada lho kata-kata yang sebaiknya dihindari ketika rekruter mengajukan pertanyaan tentang deskripsi diri. Sebab, kata-kata atau kalimat tersebut ternyata menimbulkan kesan yang negatif dan membuat kualitas dirimu jadi menurun di mata rekruter. Apa saja kata-kata yang sebaiknya nggak diucapkan ketika mendeskripsikan diri? Lanjutkan membaca ya.
Pintar atau Cerdas
Hampir semua perusahaan sudah tentu mencari kandidat yang pintar atau cerdas. Walaupun kamu merasa dirimu memiliki kedua kualifikasi tersebut, tetap saja kamu nggak bisa mengatakannya. Sebab, penilaian pintar atau cerdas hanya bisa diberikan orang lain kepada kamu.
Jadi, bagaimana? Ya, gunakan kata-kata lain yang menunjukkan kalau kamu memang pintar dan cerdas. Misalnya, gunakan kata memiliki kemampuan analisis yang tinggi, data-driven, dan sebagainya. Kemudian, hubungkan dengan prestasi dan pengalaman kamu.
Ambisius atau Penuh Ambisi
Sebaiknya hindari menyebutkan diri kamu sebagai orang yang ambisius. Sebab, kata ini memiliki kesan negatif seakan kamu bisa melakukan apa saja demi keinginan dan targetmu tercapai. Alih-alih menggunakan kata ambisius, lebih baik gunakan kata “detail-oriented” atau “fokus pada” untuk menunjukkan betapa kamu mencintai pekerjaanmu.
Menyenangkan
Dengan alasan yang sama untuk menghindari penggunaan kata cerdas, maka ada baiknya kamu juga nggak menggunakan kata “menyenangkan” yang terdengar subyektif. Apalagi faktanya, nggak semua orang yang kerja bareng kamu atau mengenalmu, merasakan hal tersebut.
Kalau ingin menunjukkan kemampuanmu berinteraksi dengan orang lain, lebih bagus gunakan kata, “bisa bekerja sama” atau “team player”. Lalu, lengkapi ceritamu dengan keseharianmu berinteraksi dengan orang lain.
Ramah dan Rendah hati
Kalau kamu menyebut dirimu sebagai orang yang ramah dan rendah hati, ya ini terdengar sangat aneh. Masa kamu memuji dirimu sendiri? Apalagi kedua kata sifat ini hanya bisa digunakan untuk pekerjaan yang merujuk pada layanan pelanggan, seperti customer service atau public relation.
Kamu memang perlu memikat rekruter dengan berbagai keunggulan yang kamu miliki. Namun tetap semua yang kamu ucapkan harus berdasarkan kenyataan sebenarnya. Oleh karena itu, fokuskan jawabanmu hanya pada hal-hal yang memang sudah biasa kamu lakukan beserta hasilnya.
Berkualitas Langka
Daripada menyebutkan dirimu berkualitas langka ketika hendak menonjolkan skill tertentu yang masih sedikit dikuasai orang lain, lebih baik gunakan data dan rujukan. Kamu bisa juga menggunakan pengalaman dan pekerjaan yang telah diselesaikan untuk menonjolkan kelebihanmu.
Jadi, ceritakan saja suatu masalah yang pernah kamu hadapi, cara kamu mengatasi masalah tersebut, juga solusi apa yang kamu ambil untuk menyelesaikannya. Jangan lupa, beritahu rekruter mengenai hasilnya.
Sukses atau Berhasil
Ketika kamu mendengar seseorang mengatakan kalau dirinya sukses setelah bisa membuka toko online, misalnya, bagaimana perasaanmu? Nah, begitu pula yang rekruter rasakan kalau kamu menyebut dirimu sukses untuk suatu hal, sementara bagi rekruter itu biasa saja.
Ya, orang lain yang akan menilai sukses nggaknya kamu dari hasil kerja dan pencapaianmu. Hanya saja, definisi sukses bagi setiap orang juga berbeda. Jadi daripada kamu menyebutkan kalau kamu sudah sukses atau berhasil, mending ceritakan secara detail dan spesifik pengalamanmu ketika melakukan sesuatu menggunakan keahlianmu.
Perfeksionis
Menjadi seseorang yang sempurna memang nggak salah. Tetapi, apa benar semua pekerjaanmu sangat bagus dan sempurna karena kamu orang yang perfeksionis? Belum tentu, kan? Itu sebabnya, hindari saja penggunaan kata ini untuk menunjukkan kalau kamu bekerja dengan sebaik-baiknya demi hasil pekerjaan yang juga bagus. Beberapa alasan lain kenapa orang yang perfeksionis dihindari di tempat kerja, yaitu:
- Orang yang perfeksionis sulit diajak bekerja sama.
- Biasanya, orang perfeksionis sulit menerima masukan.
- Ritme kerjanya sering tak sesuai timeline dan memenuhi target waktu.
Daripada menggunakan kata perfeksionis, lebih baik gunakan kalimat seperti ini, “Saya termasuk orang yang selalu menyelesaikan pekerjaan dengan baik.”
Kalimat-kalimat Negatif
Selain kata-kata berkonotasi negatif, sebaiknya hindari pula penggunaan kalimat yang malah merujuk ke hal-hal yang negatif, seperti:
- “Saya sulit beradaptasi.”
“Terlalu sering multitasking sehingga saya mudah lupa.”
Kalau dua kalimat di atas yang kamu gunakan, bisa-bisa rekruter yang tadinya tertarik untuk merekrutmu, jadi mengurungkan niatnya lho. Lebih baik gunakan kalimat yang kontradiktif, seperti:
“Saya pelupa, namun saya juga punya kebiasaan mencatat semua informasi. Jadi saat saya lupa, saya tinggal membuka catatan saya.”
Dalam menjawab pertanyaan rekruter saat sesi interview kerja, sebaiknya kamu berhati-hati ya dan pilih kata-kata atau kalimat saat menjawab dengan bijak. Faktanya, memang banyak pernyataan rekruter yang menjebak dan bisa membuat kamu terjebak tanpa kamu sadari. Agar nggak mudah terjebak, pelajari di sini yuk: Pertanyaan Menjebak Saat Interview.